Minggu, 03 Februari 2013


EKOLOGI PERAIRAN



A.    PENDAHULUAN

Pengertian ekologi
Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Erneast Haeckel pada pertengahan tahun 1860-an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah, ekologi adalah ilmu yang mempelajari mahkluk hidup dalam rumahnya. Atau dapat diartikan ilmu yang mempelajari rumah makhluk hidup.
Ekologi merupakan pendekatan holistic terhadap pemahaman akan organism hidup dalam konteks relasinya baik dengan lingkungan fisik (abiotik) maupun dengan satu sama lain (biotic). Interaksi-interaksi organism hiduplah yang merupakan bahan mentah bagi pengkajian-pengkajian ekologis.
Unit ekologis adalah ekosistem, yang merupakan sebuah kelompok yang terdiri atas beragam populasi yang berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Daerah (habitat) tersebut bisa jadi sebesar kolam local. Beberapa pengertian yang biasanya tercakup dalam wilayah kerja ekologi:
1)    Individu
Individu adalah suatu satuan struktur yang membangun satu kehidupan dalam bentuk makhluk.
2)    Populasi
Populasi adalah kumpulan individu dari jenis yang sama dan berada di suatu tempat dan waktu tertentu.
3)    Komunitas
Komunitas adalah kumpulan populasi yang berinteraksi satu sama lain, yang hidup bersama dalam suatu tempat.
4)    Ekosistem
Ekosistem adalah tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas. Pada ekosistem terdapat hubungan timbale balik antara makhluk hidup dan lingkungan abiotiknya, yang membentuk suatu system yang dapat diketahui aliran energy dan siklus materinya.
Dilihat dari unsure penyusunnya, ekosistem dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a.    Bahan tak hidup atau abiotiik, yang berupa komponen fisik dan kimia.
b.    Produsen yaitu organism autotrofik
c.    Konsumen, yaitu organism heterotrofik
d.    Pengurai, perombak atau decomposer
5)    Biosfer
Biosfer adalah organisasi biologi terbesar yang mencakup semua kehidupan di bumi dan adanya interaksi antara lingkungan fisik secara keseluruhan.

Permukaan planet kita sebagian besar terdiri atas air. Sekitar 70 persen permukaan planet merupakan ligkungan laut. Baik lingkungan perairan tawar maupun laut memiliki rangkaian yang kaya akan kehidupan komunitas dan mempengaruhi secara siginifikan aspek-aspek masyarakat manusia.

Berbagai factor lingkungan terpenting yang bekerja dalam ekosistem perairan. Factor-faktor tersebut adalah:
1.    Gas terlarut
2.    Salinitas
3.    Kepekatan
4.    Warna dan kebeningan
5.    Suhu
6.    Cahaya
7.    Arus air

B.    EKOLOGI PERAIRAN TAWAR

Hanya 3% air di permukaan bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar dapat membeku dalam glasier dan es atau terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat dalam danau, kolam, sungai, dan aliran.
Perairan tawar kebanyakan berupa perairan pedalaman. Susunan dan kadar garam terlarutnya relative rendah atau dapat diabaikan. Ekosistem perairan tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu air tawar mengalir (lotik) dan ait tawar diam (lentik). Air tawar mengalir terdiri dari air bergerak yang mengalir terus-menerus kea rah tertentu, termasuk semua sungai dan aliran dengan segala ukuran. Sedangkan periaran tawar lentik terdediri dari air tergenang, seperti danau, kolam, dan rawa.

Perairan Lotik
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yangsecara jelas membedakannya dengan perairan tergenang. Sejumlah tumbuhan terdapat terbatas pada air yang mengalir. Tumbuhan tersebut mencakup spesies ganggang merah dan paku air. Ada juga tumbuhan  bunga yang khas pada air mengalir, yang secara tertaur berkembang biak dengan biji. Hewan air mengalir mencakup siput air tawar, hydroid, lintah, dan larva lalat hitam.
Beberapa corak pentingpada habitat air mengalir atau tepian air, dapat dijelaskan dalam suatu perbandingan dengan keadaan air tergenang.
1.    Pada air mengalir, alirannya sering bergolak-galik, tetapi dalam air tergenag alirannya, kalau ada, sangat lamban.
2.    Dalam air mengalir pelapisan sangat jarang terjadi.
3.    Hubungan antara kepekatan air dan suhu tak bersangkut paut karena arus yang bergolak.
4.    Pada air mengalir jarang terjadi deoksigenasi. Tetapi pada air tergenang adalah laziim terjadi.
5.    Penumpukan gas seperti karbondioksida dan hidrogensulfida pada air mengalir sangat kecil atau minimum.
6.    Tumbuhan mengakar tak banyak ditemukan di dalam air mengalir karena terganggu oleh penghanyutan.
7.    Plankton tak dapat berkembang subur dalam air mengalir. Plankton yang lazim ditemukan adalah diatom dan rotifer.

Perairan lentik
Tubuh air tawar tergenag yang besar tidak terpengaruh oleh perubahan besar dalam suhu. Air tawar tergenang terdiri dari tiga jenis berdasarkan keadaan haranya, yaitu oligotrofik, yang miskin hara dan humus. Distrofik, yang miskin hara tetapi kaya humus; dan eutrofik, yang airnya kaya hara dan humus.

Komponen biotik dalam ekosistem perairan tawar
Tumbuhan air tawar dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
1.    Jenis tumbuhan merapung. Mencakup ganggung apung renik Lemna, Wolfia, Salvinia, tumbuhan selada air, dan eceng gondok.
2.    Jenis daun merapung. Tumbuhan ini berakar tetapi tangkai daunnya memanjang sampai ke permukaan air. Contohnya seperti teratai.
3.    Jenis timbul. Tumbuhan ini berakar, sebagian batang mencuat ke atas air. Misalnya, Thypa dan Phragmites.
4.    Jenis terendam. Jenis ini merupakan yang paling khas, seperti Cerathopyllum demersum, Myriophyllum, maupun spesies Chara.


C.    EKOLOGI ESTUARINE
Ekologi estuarin merupakan daerah atau lingkungan yang merupakan campuran antara air sungai dan air laut, sehingga mengakibatkan daerah estuarin ini mempunyai air yang bersalinitas lebih rendah daripada lautan terbuka. Sebagian besar jenis flora dan fauna yang hidup didaerah estuarin tersebut adalah organisme yang telah beradaptasi dengan kondisi yang terbatas didaerah tersebut. Oleh karena itu, umumnya daerah ini dikatakan bahwa estuarin relative hanya dapat dihuni oleh bebrapa spesies saja. Pada daerah estuarin ini selain dari turun naiknya salinitas yang disebabkan oleh air pasang, juga terjadi penurusan salinitas yang bertahap ketika air dari mulut estuarin (muara sungai) bergerak ke arah sumber mata air ( hulu sungai) sehingga terdapat wilayah dari flora dan fauna yang hidup di daerah ini.
Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari. Selain itu estuarin juga merupakan bentuk teluk dipantai yang sebagian tertutup, dimana air laut dan air tawar bertemu dan bercampur.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Daerah muara sungai yang terlindung dan kaya akan sumberdaya hayati menjadi tumpuan hidup para nelayan, sehingga tidak dapat dihindari terjadinya pemukiman di pinggiran muara sungai. Tidak hanya itu, karena muara sungai ini juga menjadi penghubung daratan dan lautan yang sangat praktis, maka manusia menggunakannya sebagai media perhubungan. Daerah yang terlindung juga menjadi tempat berlabuh dan berlindung kapal, terutama di saat saat laut berombak besar. Perkembangan industri pantai menambah padatnya wilayah estuari ini oleh kegiatan manusia karena daratan estuari merupakan akses yang bagus buat kegiatan industri itu, khususnya tersedianya air yang melimpah, baik itu untuk pendingin generator maupun untuk pencucian alat alat tertentu dan tidak dapat dihindari nafsu untuk membuang limbah ke lingkungan akuatik.
Sifat fisik ekosistem estuarin
Sifat fisik estuarin yang mempunyai variasi yang besar dalam banyak parameter yang sering kali menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Mungkin inilah yang menyebabkan mengapa jumlah spesies yang hidup didaerah estuarin lebih sedikit dibanding dengan di habitat laut lainnya.
Faktor fisik seperti salinitas, suhu, aksi ombak dan arus, kekeruhan, oksigen. Yang pertama adalah salinitas dimana salinitas merupakan faktor dominan. Secara definitif, sutu gradient salinitas akan tampak pada suatu saat tertentu. Tetapi pola gradient bervariasi bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang surut dan jumlah air tawar. Tetapi ada juga faktor lain yang berperan dalam mengubah pola salinitas. Pasang surut merupakan salah satu kekuatan. Tempat perbedaan pasang surut cukup besar, pasang naik mendorong air laut lebih jauh ke hulu estuaria, mengesre isohaline ke hulu dan pasang surut sebaliknya mengesre isohaline kehilir. Akibatnya da daerah estuaria yang rezim salinitasnya berubah sesuai dengan keadaan pasang surut. Juga bias diakibatkan rotasi bumi yang berpengaruh terhadap membeloknya aliran air, dibelahan bumi utara kekuatan ini membelokan air tawar yang mengalir keluar kesebelah kanan dan kebalikan untuk daerah disebelah selatan. Perubahan salinitas musiman didaerah estuaria diakibatkan karena perubahan penguapan atau perubahan aliran air tawar musiman. Didaerah dimana debit air tawar atau kering dalam setengah waktu dalam setahun salinitas tinggi akan bergeser ke hulu. Dengan mulainya kenaikan air tawar gradient salinitas bergeser kehilir ke arah mulut estuaria. Oleh karena itu, pada berbagai musim suatu titik tertentu diestuaria dapat mengalami salinitas yang berbeda-beda.
Suhu air yang ada diestuaria lebih bervariasi dari pada di perairan pantai didekatnya. Hal ini sebagian karena biasanya diestuaria volume air lebih kecil sedangkan luas permukaan lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada air estuaria ini mudah cepat panas dan lebih cepat dingin. Selain itu juga masukan air tawar. Air tawar di sungai atau dikali lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman dari pada air laut. Sungai di daerah beriklim sedang suhunya lebih rendah dimusim dingin dan lebih tinggi dimusim panas dari pada suhu ar laut didekatnya. Ketika air tawar masuk ke estuaria dan bercampur dengan air laut, maka akan terjadi perubahan suhu. Akibatnya suhu perairan estuaria lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi pada musim panas daripada perairan pantai disekitarnya. Karena air tawar memperlihatkan kisaran suhu yang yang terbesar, maka apabila seseorang bergerak kehulu estuaria, kisaran suhu tahuananmenjadi lebih besar. Begitu pula kisaran suhu paling kecil dimana percampuran air twar minimal. Suhu yang bervariasi secara vertical. Perairan permukaan mempunyai kisaran yang terbesar, dan perairan lebih dalam kisaran suhunya lebih kecil. Pada estuaria baji garam, perbeaan suhu vertical ini juga memperlihatkan kenyataan bahwa perairan permukaan didominasi air tawar, sedangkan perairan yang lebih dalam didominasi atau seluruhnya terdiri dari air laut.
Aksi ombak dan arus, pada lingungan estuaria dikelilingi daratan pada tiga sisi. Ini berarti bahwa luas perairan yang ada diatasnya angina dapat bertiup untuk menciptakan ombak adalah minimal. Paling tidak jika disbanding dengan lautan. Karena ombak bergantung pada luas perairan terbuka yang diatasnya angina dapat bertiup, berarti pada daerah perairan yang sempit menghasilkan ombak yang kecil. Arus estuaria dipengaruhi oleh kegiatan pasang surut dan aliran sungai. Untuk daerah hulu terjadi masukan air tawar yang terus menerus. Sebagian akan bercampur dengan air laut. Pada akhirnya sebagian besar juga mengalir keluar estuaria. Atau menguap untuk mengimbangi air berikutnya yang masuk kebagian hulu. Selain itu juga kekeruhan dimana jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria setidak-tidaknya pada waktu tertentu dalam setahun air menjadi sangat keruh. Kekerhan terjadi pada saat aliran sungai maksimum . kekeruhan suatu estuaria mendekati konsentrasi plankton dan atau kecepatan angin. Pengaruh ekologi utama kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Hal ini mengakibatkan menurunkan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik yang mengakibatkan turunya produktivitas. Untuk jumlah oksigen yang masuk kedalam estuaria bersama-sama dengan kedangkalannya, pengadukannya, dan pencampuran oleh angin biasanya berarti cukupnya persediaan oksigen. Karena kelarutan oksigen dalam air berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai dengan variasi parameter.
Hewan yang bisa hidup
Daerah estuarin merupakan tempat hidup yang baik bagi populasi ikan jika dibandingkan dengan jenis ikan lainnya. Daerah ini merupakan tempat untuk berpijah dan membesarkan anak-anaknya bagi beberapa spesies ikan. Adapun faktor yang menyebabkan daerah ini mempunyai nilai produktivitas tinggi yaitu, disana terdapat suatu penambahan bahan- bahan organik secara terus menerus yang berasala dari daerah aliran sungai, perairan estuarin adalah dangkal, sehingga cukup menerima matahari untuk membantu kehidupan tumbuh-tumbuhan yang sangat banyak, daerah estuarin merupak tempat yang relative kecil menerima aksi gelombang akibatnya detritus dapat menumpuk didalamnya, aksi pasang selalu mengaduk-aduk bahan organic yang berada disekitar tumbuh-tumbuhan.
Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Bagi kehidupan banyak biota akuatik komersial, ekosistem estuari merupakan daerah pemijahan dan asuhan. Kepiting (Scylia serrata), tiram (Crassostrea cucullata) dan banyak ikan komersial merupakan hewan estuari. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.
Terdapat juga binatang yang dapat kita golongkan kedalam kompenen peralihan, kedalam kompenen ini termasuk dalam organisme seperti ikan yang melakukan migrasi yang melewati estuaria dalam perjalananya kedaerah pemijahan baik diair tawar maupun air laut, contoh umum adalah ikan salem (Salmo, Oncorbyncus) dan Belut laut (Anguilla). Sedangkan untuk fauna peralihan juga termasuk binatang yang ada di estuaria hanya untuk mencari makan dan termasuk berbagai burung dan ikan. Organisme estuarin berasal dari binatang laut dan bukan dari air tawar, karena binatang laut mampu mentolerir penurunan sanilitas yang besar daripada spesies air tawar menghadapi kenaikan salinitas.

D.    EKOLOGI LAUT

Kehidupan biota laut, dimana pun, selalu dipengaruhi oleh factor-faktor lingkungan. Factor-faktor tersebut dapat berperan bersama-sama atau satu factor lebih menonjol pengaruhnya dari yang lain.
Lingkungan laut selalu berubah dan dinamik. Perubahan tersebut akan mengubah intensitas factor-faktor lingkungan. Factor-faktor lingkungan yang banyak berpengaruh terhadap terhadap kehidupan di laut adalah:
1.    Gerakan air
2.    Suhu dan densitas air
3.    Salinitas
4.    Cahaya
Air laut selalu dalam keadaan bergerak, yang disebabkan oleh angin yang berhembus di atas permukaannya, pengadukan yang terjadi akibat perbedaan suhu air di dua lapisan, perbedaan tinggi permukaan laut, pasang-surut dan lain-lain. Gerakan air laut ini dikenal sebagai arus, gelombang, permukaan massa air (upwelling), tenggelaman massa air (downwelling) dan sebagainya.
Salinitas air laut berasal dari dalam dasar laut melalui proses outgassing, yaitu rembesan dari kulit bumi dari dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan dasar laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah sepanjang massa.
Zat-zat terlarut yang membentuk garam, yang kadarnya diukur dengan istilah salinitas dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
a.    Konstituen utama : Cl, Na, SO4, dan Mg.
b.    Gas terlarut        : CO2, N2, dan O2.
c.    Unsure hara        : Si, N, dan P.
d.    Unsur runut        : I, Fe, Mn, Pb, dan Hg
Suhu alami laut berkisar antara suhu di bawah 0 C sampai 33 C. di permukaan laut, air laut membeku pada suhu -1,9 C. uumumnya ada hubungan tak langsungg antara suhu dan densitas, karena ada gangguan atom-atom dalam molekul air. Kenaikan suhu menurunkan densitas air laut dan menambah daya larut air laut.
Caahaya bagi hewan laut mempunyai pengaruh terbesar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energy untuk proses fotosintesis tumbuhan yang menjadi tumpuan hidupnya. Cahaya juga merupakan factor penting dalam hubungannya dengan perpindahan populasi hewan laut.

Zonasi perairan laut
Dari perspektif ekologis, lautan dapat dibagi menjadi daerah neritik di atas paparan benua (continental shelf) dan kedalaman oseanik yang terletak setelah paparan benua yang relative dangkal. Bagian neritik yang terletak di lepas pantai disebut zona litoral. Karena arusnya dan penetrasi sinar matahari penuh akibat kedangkalannya, zona litoral sangat kaya akan hewan dan tumbuhan. Lebih dekat lagi dengan pantai dari pada zona litoral disebut zona antarpasang (intertidale zone, zona pasang surut), yang secara periodic tertutup oleh air saat pasang naik dan terbuka saat pasang surut. Kedalaman-kedalaman laut dibagi menjadi zona pelagic yang kaya plankton dan zona abisal yang lebih dalam lagi.

Tentang zonasi laut Kimball (1991), menjelaskan bahwa lautan dapat digambarkan dalam istilah zona, dan banyak persamaan di antara keduanya. Pinggiran laut disebut zona intertidal. Daerah ini terdiri atas pasir pantai, karang, muara, dan dii daerah tropic dan subtropik, ada rawa mangrove dan gosong karang.
Lautan yang relative dangkal dan meluas ke pinggiran selat benua dinamakan zona neritik. Zona oseanik terdapat di atas lembah lautan.

Kehidupan di Laut
Meskipun dilaut terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama, yakni palankton, nekton, dan bentos. Plankton hidup di zona pelagic dan meengapung, menghanyut, atau berenang sangat lemah. Plankton terdiri dari fito plankton dan zooplankton. Nekton adalah biota yang berenang-renang, yang hanya terdiri dari hewan. Sedangkan benthos adalah biota yang hidup di atas atau di dalam dasar laut, baik itu tumbuhan ataua hewan.
Di laut tumbuhan merupakan produsen yang sesungguhnya. Dari keempat divisi tumbuhan, hanya ada dua divisi yang dapat ditemukan di laut, yaitu Thallophyta dan Spermatophyta. Kelas Thallophyta adalah Myxophyceae (alga hijau-biru), Chlorophyceae (alga hijau), Phaephyceae (alga coklat), Rhodophyceae (alga merah).

E.    PENGELOLAAN EKOSISTEM PERAIRAN

River continuum concept
Pengelolaan pesisir
Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki adanya keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kawasan yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan, wilayah pesisir memiliki kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan.
Terdapat beberapa dasar hukum pengelolaan wilayah pesisir yaitu:
1) UU No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.
2) UU No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang.
3) UU No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4) UU No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah.
5) PP No. 69 tahun 1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.
6) Keputusan Presiden RI No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
7) Permendagri No. 8 tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.
8) Berbagai Peraturan Daerah yang relevan.
Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya. Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan ini akan dapat mempengaruhi produktivitas sumberdaya akibat proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir kerap menimbulkan konflik yang dapat berdampak timbal balik. Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk tujuan pembangunan nasional akan dapat berhasil jika dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM). Pengalaman membuktikan bahwa pengelolaan atau pemanfaatan kawasan pesisir secara sektoral tidaklah efektif (Dahuri et. al 1996; Brown 1997; Cicin-Sain and Knecht 1998; Kay and Alder 1999).

Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu adalah suatu proses iteratif dan evolusioner untuk mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara optimal dan berkelanjutan. Tujuan akhir dari ICZM bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi (economic growth) jangka pendek, melainkan juga menjamin pertumbuhan ekonomi yang dapat dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap pihak yang terlibat (stakeholders), dan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir, sehingga pembangunan dapat berlangsung secara lestari. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka unsur esensial dari ICZM adalah keterpaduan (integration) dan koordinasi. Setiap kebijakan dan strategi dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir harus berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola; (2) kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan (3) kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir.
Di dalam proses pengelolaan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai berbagai isu pengelolaan atau pemanfaatan yang ada maupun yang diperkirakan akan muncul dan kemudian menyusun serta melaksanakan kebijakan dan program aksi untuk mengatasi isu yang berkembang. Proses pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan ini paling kurang memiliki empat tahapan utama : (1) penataan dan perencanaan, (2) formulasi, (3) implementasi, dan (4) evaluasi (Cicin-Sain and Knecht 1998). Pada tahap perencanaan dilakukan pengumpulan dan analisis data guna mengidentifikasi kendala dan permasalahan, potensi dan peluang pembangunan dan tantangan. Atas dasar ini, kemudian ditetapkan tujuan dan target pengelolaan atau pemanfaatan dan kebijakan serta strategi dan pemilihan struktur implementasi untuk mencapai tujuan tersebut.
Oleh karena tujuan ICZM adalah mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara berkelanjutan maka keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan pesisir dan laut mencakup empat aspek, yaitu : (a) keterpaduan wilayah/ekologis; (b) keterpaduan sektor; (c) keterpaduan disiplin ilmu; dan (d) keterpaduan stakeholder. Dengan kata lain, penetapan komposisi dan laju/tingkat kegiatan pembangunan pesisir yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan oleh segenap stakeholders secara adil dan berkelanjutan. Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu pada dasarnya merupakan suatu proses yang bersifat siklikal. Dengan demikian terlihat bahwa pendekatan keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan pesisir dan laut menjadi sangat penting, sehingga diharapkan dapat terwujud one plan dan one management serta tercapai pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Secara skematik kerangka konsep studi disajikan pada Gambar 1.


F.    PENCEMARAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Aspek fisika pencemaran perairan
Aspek kimia pencemaran perairan
Aspek biologi pencemaran lingkungan



DAFTAR PUSTAKA

Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.
Deshmukh, Ian. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kimball, Jhon W. 1991. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Romimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi laut: Ilmu pengetahuan tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan.
Yudha, Indra Gumay. 2008. Ekosistem Perairan Tawar.